Budhisme --- Pencarian atas Kebebasan Dalam Diri

Budha, seorang Manusia


Budha, yang mempunyai nama asli Siddhartha Guatama, hidup kira-kira tahun 563 S.M. sampai tahun 483 S.M.. Ada sedikit sejarah obyektif mengenai dia. Ia lahir di sebuah daerah yang sekarang adalah Kapilavaata, berada dalam negara Nepal; ayahnya adalah seorang pemimpin dari klan Sakya, kasta prajurit Hindu. Ibunya meninggal beberapa minggu setelah kelahirannya dan saudara perempuan ibunya, istri kedua dari pemimpin saat itu, yang membesarkannya. Menurut tradisi, para peramal yang ditanyakan mengenai kelahiran Siddhartha; mereka meramalkan bahwa anak ini sangat luar biasa dan akan mengikuti salah satu dari garis hidup yang ada. Satu garis hidup membuatnya menjadi raja yang sangat kuat, garis yang kedua menjadikannya pemimpin rohani yang hebat. Siddhartha tidak akan memilih yang kedua kecuali kalau ia melihat seorang tua, orang sakit, jenazah, dan seorang rahib.
Oleh karena itu, ayahnya melakukan segala cara untuk melingkunginya dengan kesenangan dan menjauhkannya keempat jenis orang yang disebut sebelumnya. Siddhartha menikah dan mempunyai seorang anak laki-laki, tapi akhirnya ia menemukan juga empat hal yang ditakutkan ayahnya itu. Ketika ia berusia 30 tahun, ia meninggalkan rumahnya dan istrinya dan mengembara mencari pencerahan. Umat Budha menyebut ini dengan "Pembuangan yang Agung." Ia menyelidiki aliran Hindu, tapi ia menemukan adanya penolakan sistem kasta dan pertapaan yang sia-sia. Akhirnya tahun 528 S.M. di bawah pohon Bo, ia mengalami apa yang disebut umat Budha "Pencerahan yang Agung".
Budha sama sekali tidak mau mengakui seluruh isi kitab suci Hindu. Budha tidak pernah menyatakan dirinya sebagai tuhan tapi seorang guru pada jalan dari "Jalan Tengah" antara kesenangan dan pertapaan. Setelah menemukan banyak biara, ia meninggal di Nepal.
 

Penyebaran Aliran Budha


Raja India, Asoka mengirim misionaris Budha melalui Asia Timur dan bahkan sebagaimana dilaporkan sampai tanah Mediterania. Aliran Budha menjadi agama resmi di Jepang tahun 552 A.D. Agama Budha dengan cepat menyebar ke seluruh Asia Tenggara. Tibet menjadi umat Budha pada tahun 700-an. Awalnya aliran Budha disiksa oleh pengikut Confusius di Cina tahun 446, 574-577, dan tahun 845 A.D.. Kekaisaran Cina Wu Tsung (tahun 841-847) menyebut aliran Budha adalah sebuah "agama asing", meskipun demikian, sejak abad kesebelas agama Budha menjadi agama yang mempengaruhi kedua setelah Confucianisme di Cina. Agama Budha hampir hilang di India antara tahun 700 dan tahun 1100 A.D. Saat ini, 150 sampai 350 juta orang mengikut dalam pencerahan sebagai umat Budha.
 
Pada abad-abad setelah kematian Budha, dewan tinggi diadakan untuk menambahkan dan menjelaskan pengajaran, perbedaan yang seada-adanya dan berusaha dengan sia-sia untuk menyatukan agama Budha. Agama Budha adalah sebuah keluarga dari beberapa agama dengan delapan belas sekolah yang berbeda. Dua divisi yang besar adalah Therevada, mengenai "Jalan Para orang-orang tua" dan Mahayana, atau "Jalan dengan Wahana yang Lebih besar". Umat Budha Mahayana menyebut Therevada "Hinayana" atau "Jalan dengan Wahana lebih sedikit". Beberapa kelompok yang penting adalah Zen, bangsa Tibet Lama, agama Budha Tantrik atau "Jalan dengan Wahana Berlian", dan sekolah-sekolah Jepang mengenai Budha yaitu Nichiren, Shingon, dan Amidya.
 
Indo-cina dan Sri Lanka adalah pengikut Budha Therevada. Penduduk Tibet yang beraliran Budha adalah Lama, yang menekankan pada nyanyian. Kebanyakan pengikut Budha dari Cina adalah Mahayana; Zen dan Mahayana terkenal di Korea dan Jepang. Aliran Budha Nichiren melakukan tindakan militer dengan ganas, terkadang menyiksa umat Budha yang lain. Sekarang ini pengikut aliran Nichiren memiliki 16 juta anggota, 100% bertambah dalam lima belas tahun.
 

Pengajaran mengenai Budha


 
Budha mengajarkan kesemuanya kedalam "Empat Kebenaran Mulia". Seluruh umat Budha mempercayai doktrin-doktrin ini.
 
1. SELURUH KEHIDUPAN ADALAH PENDERITAAN --- Segala sesuatu dalam keberadaan manusia adalah menyakitkan: kelahiran, kematian bahkan hidup. Jika semua air mata manusia yang menetes itu dikumpulkan akan melebihi air di lautan. Suatu hari seorang perempuan sangat berduka cita atas kematian anak-anak laki-lakinya yang baru lahir. Ia pergi kepada biarawan yang bahwa ia dapat membawa anaknya kembali dalam kehidupan jika ia dapat membawa kembali biji sesawi dari seorang keluarga yang tidak pernah mengalami rasa sakit. Ia mencari, tapi ia tidak pernah kembali pada biarawan. Ia berhenti untuk bersedih hati dari apa yang ia sudah pelajari, rasa sakit dan penderitaan adalah biasa bagi semua manusia.
 

Sebuah Pandangan Kristen

Kitab Ayub dalam Alkitab menunjukkan bahwa kehidupan pastinya memiliki penderitaan, itupun terjadi pada orang saleh. Namun, penderitaan untuk tujuan yang bermanfaat tetaplah sangat bermanfaat, seperti yang diajarkan dalam Ibrani 12:2:
Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.

Kehidupan memiliki banyak penderitaan, tapi kita memiliki kesukacitaan yang tersedia sebegitu besarnya yang membuat penderitaan itu bermanfaat. Roma 8:18 menyatakan,
Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.
(Lihat juga pada 2 Tes 1:4-5 dan 1 Ptr 1:3-7.)
 
2. SEGALA PENDERITAAN DISEBABKAN OLEH KETIDAKPEDULIAN TERHADAP SIFAT YANG NYATA. CANDU, KASIH SAYANG, DAN KETAMAKAN ADALAH HASIL DARI PENGABAIAN ITU. Candu adalah pencarian atas pemenuhan materi. Ketidakbahagiaan berasal dari menginginkan sesuatu yang kamu tidak miliki. Perang, nafsu, dan kebencian berasal dari keserakahan ini. Pengejaran akan sesuatu yang duniawi mengarahkan pada kesedihan.
 

Sebuah Pandangan Kristen

Umat Kristen mengetahui bahwa tidak semua penderitaan berasal dari kecanduan akan sesuatu. Haruskah kita mengatakan pada orang yang lapar dan tidak bahagia mereka terlalu egois? Jika Budha tidak mencandu, mengapa tidak menggunakan beberapa ubin emas dalam Kuil Budha Mahayana untuk membantu orang miskin? Dalam Alkitab, Yakobus 4:1-4 mengatakan sumber perselisihan dan pertengakaran adalah keinginan yang menggebu dan keserakahan.
Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu. Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.

(Lihat juga Yakobus 3:16, Fil l 1:29 & 2:3-11, Roma 3:9-20)
Nafsu birahi dan keserakahan hanyalah lapisan luar; sumber dari kegelisahan kita sangatlah lebih dalam. Tanpa bantuan spiritual untuk membebaskan kita dari perbudakan rohani, mencoba untuk menghentikan nafsu dan keserakahan dari dalam seperti mencoba menghapus arang hingga bersih.
 
3. PENDERITAAN DAPAT DIAKHIRI DENGAN MENGATASI KETIDAKPEDULIAN DAN KASIH SAYANG. Untuk menghilangkan sebuah kondisi, simple saja dengan menghilangkan penyebabnya. Dengan menjadi dicerahkan dan belajar untuk tidak memiliki keinginan, kamu dapat menjadi bebas. Dengan mempelajari untuk tidak menjadi bergantung pada manusia dan benda-benda, kamu dapat mengalahkan kesedihan. Mereka yang berhasil dan mengalahkan nafsu mereka akan masuk ke dalam sebuah tempat yang disebut Nirwana. Budha tidak pernah menggambarkan Nirwana karena ia terfokus pada prosess mendapatkan itu dan tidak mengkhawatirkan mengenai apa yang ada disana. Kata Nirwana berarti memadamkan atau membawa sesuatu pada suatu akhir. Nirwana adalah ketidakadaan pada segala sesuatu yang menggambarkan kehidupan manusia normal, sebuah tempat dimana kepribadian dan keberadaan bersatu dengan semua yang lain seperti percikan api abadi.
 

Sebuah Pandangan Kristen

Tiga hal: Seperti halnya anoreksia tidak membebaskan dari kelaparan, ketidakadaan keinginan tidak membebaskan dari penderitaan. Rasul Paulus menulis mengenai penyembuhan yang berbeda dalam Filipi 4:12-13:
Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

Kita harus menjauhkan diri dari nafsu seperti yang diajarkan dalam 1 Petrus 2:11, 4:1-2, dan 2 Tim 2:22. Namun kita tidak hanya menjauh dari nafsu tapi kita berjalan bersama Tuhan menuju ke Surga.
 
Hal kedua: Jika itu jahat dengan secara pribadi menginginkan pemenuhan atas hal-hal yang baik, bagaimana bisa umat Budha memiliki Nirwana? Jika diri sendiri tidak merasakan hidup bagaimana Nirwana adalah pengalaman yang nyata dari diri manusia jika tidak ada dirinya sendiri untuk mengalami itu? Banyak perbuatan yang egois tidak dapat membawa pencerahan. Namun dalam Budha Therevada seseorang diajarkan untuk berfokus pada pencerahannya sendiri yang mana ia tinggalkan semuanya untuk menggapai pencerahan itu. ---Bahkan orang lain. Siapakah yang dapat masuk dengan menginginkan Nirwana? Mengapa Budha dengan egois masuk ke Nirwana? Jika tidak ada yang abadi maka bagaimana bisa perbuatan yang tidak kekal menghasilkan sesuatu keadaan yang bahagia yang disebut Nirwana? Teka-teki ini adalah hal-hal yang umat Budha tidak bisa jawab. Mereka mungkin menyebut pertanyaan ini tidak penting, tapi jika agama Budha tidak masuk akal maka itu adalah filosofi yang keliru.
 
Hal ketiga: Alkitab menggambarkan sebuah tempat yang mirip dengan Nirwana. Dalam tempat ini kasih sayang akan hilang, cinta akan pergi, dan semua pertemanan yang kita bangun dengan penuh cinta juga akan hilang. Kita tidak menginginkan manusia untuk pergi kesana, karena tempat itu adalah Neraka. Namun semua sensasi tidak pergi, karena disana akan ada "ratapan tangis yang hebat dan gertak gigi" yang seperti diajarkan Yesus pada murid-muridNya dalam Mat 13:47-50. (Juga Mat 26:20-30, 26:31-46, Lukas 8:27-31, 16:19-31, dan Yudas 12-13.)
 
4. "JALAN GANDA DELAPAN KALI" ADALAH JALAN UNTUK MENEKAN PENDERITAAN. PANDANGAN YANG BENAR, MAKSUD YANG BENAR, PERKATAAN YANG BENAR, TINDAKAN YANG BENAR, KEHIDUPAN YANG BENAR, USAHA YANG BENAR, PEMIKIRAN YANG BENAR, DAN MEDITASI YANG BENAR. Nilai-nilai seringkali dikelompokan kedalam tiga kategori: iman, moral, dan pemusatan/konsentrasi. Pada jalan ini, umat Budha berusaha mencapai keselamatannya sendiri dengan ketekunan. Jauh dari ini semua kebanyakan umat Budha menekankan pada berkorban dan berdoa; umat Budha Therevada mengatakan ini adalah tidak berguna. Terdapat tiga akar kejahatan: nafsu, kebencian dan khayalan. Diperbolehkan untuk menyembah dewa-dewa dari suatu bangsa atau budaya.
 

Sebuah Pandangan Kristen

Jalan rangkap delapan itu adalah sesuatu yang indah tapi belum lengkap. Banyak ayat dalam Alkitab setuju dengan semua nilai yang ada dalam jalan itu. Namun, dimana cinta dan rasa kasihan, kasih sayang antara orangtua dan anak, dan Bapa kita di Surga? Jika hal-hal ini terlewatkan pada bagian yang sangat inti dari aliran Budha, apakah inti itu baik atau buruk? Sehelai daging babi yang baik, 90% baik, hanya ada sedikit kuman beracun, yang membunuh umat Budha.
 
Aliran Budha Therevada

 
Aliran Budha Therevada adalah aliran Budha yang paling mendekati pada surat mengenai Pengajaran Budha. Pengajaran ini telah dikritik oleh umat Budha Mahayana dan yang lainnya karena terlalu egois dan kurangnya perhatian pada kebutuhan orang lain. Aliran ini utamanya saat ini diikuti oleh orang-orang di Sri Lanka dan Indo-cina.
 

Aliran Budha Mahayana


Aliran Budha Mahayana disebut "Hindu Budha", karena kemiripannya dengan aliran Hindu dalam menyembah dewa. Aliran ini tidak menganggap Budha sebagai manusia yang nyata tapi sebagai makhluk yang dapat berada dimana saja dan sangat penting; manusia Budha hanyalah sebuah rupa. Aliran ini dimulai pada abad pertama sampai abad kedua setelah Masehi. Aliran ini menyatakan Budha memiliki sebuah sifat rangkap tiga: pokok intisari yang adalah keabadian, pokok kebahagiaan komunal yang adalah perwujudan ilahi, dan pokok perubahan yang adalah dari bentuk manusianya untuk mengubah manusia. Siddhartha hanyalah satu-satunya titisan; ada banyak sebenarnya, termasuk Kristus. "Dewa-dewa" Mahayana disebut "Bodhisattvas", manusia yang telah mendapatkan kesempurnaan tapi menunda Nirwana untuk membantu orang lain menemukan keselamatan. Pahlawan manusia dari aliran Therevada, "Arhat", bukanlah yang seperti itu. Aliran Budha Mahayana diikuti saat ini di Cina, dan sedikit perluasan di Jepang dan Korea.
Perbedaan Antara Therevada, Mahayana, dan Kekristenan
¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾

THEREVADA MAHAYANA KEKRISTENAN
¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾

Manusia individu Manusia dengan orang Manusia adalah anak Allah
lain
keselamatan dari Bodhisattras menolong Tuhan menyelamatkan manusia
dirinya sendiri manusia
 
nilai kunci: nilai kunci: Nilai kunci: Kasih, Iman,
kebijaksanaan rasa kasihan Pengharapan
 
Orang Saleh: Arhats Teladan: Bodhisattvas Teladan: Yesus
 
Budha adalah orang Budha adalah Yesus adalah Tuhan dan
suci Juruselamat satu-satunya Juruselamat
 
Kritik terhadap Kritik terhadap Therevada: Sebuah Kritik dari umat Budha
Mahayana: Menyembah Budha & yang Harus menyerahkan jalan hidupmu
Sedikit perhatian pada lain, yang mana jauh dan menyerahkan kehidupan pada
orang lain. dari pengajaran Budha Tuhan.


Tidak disukai: Ritual, Disukai: Disukai:
Metafisik, Doa. Metafisik, Ritual, Mencintai Tuhan utamanya.
Meditasi itu baik. & Doa Mencintai sesame seperti dirimu
sendiri.
 
Konservatif, Liberal, lebih ke pemujaan Kepercayaan yang konservatif
hampir seperti atheis berhala Kegiatan yang menghibur orang lain
 
Kitab Suci: Kitab Suci: Kitab Suci:
Tripitaka: tidak ada dalih agama, tapi Alkitab, berisi Perjanjian Lama dan
Vinaya Pitaka ada lebih dari 5,000 kitab Perjanjian Baru
Sulta Pitaka
Abidhamma Pitaka
¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾
 
 
Kitab Suci Umat Budha

Kitab Suci umat Budha yang utama adalah Tripitaka (Tiga Keranjang), yang katanya ditulis oleh Budha sendiri. Mahayana tidak mempunyai potongan-potongan norma yang jelas, tapi ada 5.000 kitab suci, beberapa dari itu bertentangan. Zen memiliki beberapa tulisan tapi bukan kitab suci; pengajaran secara langsung disebarkan dari pikiran ke pikiran. Alirab Budha Nichiren mengakui Lotus Sutra yang mereka percayai itu datang langsung dari Budha. Sebenarnya Lotus Sutra ditulis kurang lebih 200 tahun dari zaman Kristus. Tempat utama penyembahan mereka adalah kaki gunung Fuji di Jepang.

Adat Kebiasaan Umat Budha

Berabad-abad setelah Budha meninggal beberapa cerita legenda melambung mengenai dua belas binatang yang datang mengunjungi bayi Budha. Zodiak Asia Timur terbuat dari binatang-binatang ini, yang terlihat pada gambar-gambar di banyak restaurant oriental. Banyak orang Budha merayakan kelahiran Budha. Di Cina dan Jepang, Festival Ullambana adalah sebuah waktu persembahan pada roh orang mati dan roh yang lapar. Selama ini perayaan gerbang dari dunia lain dibuka sehingga jiwa-jiwa yang sudah berada di sana dapat dengan cepat kembali ke bumi.

Kepercayaan Umat Budha yang Lain

Tugas manusia di bumi adalah mencari pencerahan dan menambahkan amal kebaikannya. Ini dilakukan dengan mengikuti Jalan Delapan Rangkap. Lima aturan tambahan adalah: tidak membunuh makhluk hidup, tidak mencuri, tidak melakukan perzinahan, tidak berbohong, dan tidak meminum minuman keras atau minum obat-obat terlarang.

Untuk para pendeta biara ada lima pilihan tambahan. 1. Makan dengan cukup dan hanya pada saat yang ditentukan. 2. Menghindari apa yang dapat menyenangkan perasaan. 3. Tidak menggunakan perhiasan atau wewangian. 4. Tidak tidur diatas tempat tidur yang mewah. 5. Tidak menerima perak dan emas.

Para pendeta itu selalu tidak menikah dengan pengecualian pada satu sekte di Jepang. Umat Budha percaya bahwa keberadaan manusia ada dalam lima "kumpulan": materi, tubuh, perasaan, persepsi, kecenderungan atau kecenderungan karma, dan kesadaran diri. Umat Budha tidak melihat adanya konflik antara ilmu pengetahuan alam dan aliran Budha; beberapa orang percaya Budha mengikuti prinsip-prinsip ilmiah untuk mencari kebenaran.

Doktrin aliran Budha mengenai reinkarnasi berbeda dari aliran Hindu. Umat Hindu percaya jiwa "berpindah" dari satu tubuh ke tubuh yang lain. Umat Budha percaya dalam anatman, penyangkalan mengenai jiwa yang abadi. Tidak ada yang menyisakan yang sama untuk dua momen yang berurutan. Umat Budha lebih percaya akan reinkarnasi sebagai sebuah urutan mengenai keberadaan yang dapat diperbaharui, daripada sesuatu yang abadi yang berpindah dari satu kehidupan ke kehidupan yang lain.

 

Pernyataan mengenai Budha

Ketika Budha di akhir hidupnya, ia memberi beberapa nasehat yang menunjukkan dengan jelas mengenai siapa yang ia percayai untuk keselamatan.

"Maka Ananda, kamu harus berada dalam pelitamu sendiri, berada dalam tempat perlindunganmu sendiri. Mencari perlindungan tidak diluar dari dirimu. Peganglah teguh kebenaran sebagai pelita dan perlindungan, dan tidak mencari perlindungan pada apapun disamping dirimu sendiri."

Perkataan lain mengenai Budha dalam Dhammadada mengatakan,

"Ia yang di dunia ini telah kehilangan dua rantai, rantai Kebaikan dan rantai Kejahatan, yang menjadi murni dan dibebaskan dari penderitaan dan nafsu - ia akan disebut seorang Brahmana."

"Tak seorangpun harus percaya apa yang dibicarakan oleh guru-guru, yang ditulis oleh banyak buku, atau diakui oleh sebuah tradisi, kecuali kalau itu masuk akal."

 

Kesimpulan

Aliran Budha dapat dianggap sebagai sebuah jalan delapan belas-rangkap mengenai pembedaan filosofi. Jika seseorang mengembara di sebuah pulau, tidaklah terlalu penting jalan mana yang dipilih. Namun, jika seseorang ingin meninggalkan pulau itu, maka harus dilakukan dengan adanya jemnbatan. Tidak seperti Kekristenan, semua jalan dalam aliran Budha menyangkal Yesus Kristus, satu-satunya jembatan kepada Tuhan. Mereka menolak untuk menyerahkan usaha mereka untuk mencapai pencerahan dan berserah diri mengikut di jalan Tuhan. Keselamatan bukanlah sebuah filosofi atau norma tingkah laku, bahkan bukan juga sebuah filosofi Kristen atau norma tingkah lakunya. Kita hanya dapat menerima keselamatan Tuhan dengan percaya dan menurut pada Yesus, seperti Yesus berkata dalam Yohanes 14:6, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."